ciptawarta.com – Harley-Davidson, pabrikan sepeda motor asal Amerika Serikat, memutuskan untuk menghentikan inisiatif Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi (DEI) setelah mendapat kritikan dari berbagai pihak. DEI adalah langkah yang bertujuan untuk memastikan perwakilan yang setara bagi orang-orang dari berbagai latar belakang, terlepas dari ras, jenis kelamin, atau status disabilitas.
Keputusan ini diambil setelah merek motor ikonik tersebut mendapat tekanan dari influencer Robby Starbuck, yang berjanji untuk mengungkap perusahaan-perusahaan yang menerapkan kebijakan “woke” dan untuk “mengembalikan kewarasan”. Hal ini membuat Harley-Davidson memutuskan untuk fokus mempertahankan komunitas pengendara setianya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berbasis di Milwaukee tersebut, mereka juga menyatakan akan meninjau semua sponsor dan organisasi luar yang berafiliasi dengan mereka. Selain itu, mereka juga akan menghentikan beberapa sponsorship, termasuk festival Kebanggaan LGBTQ, dan mengakhiri hubungannya dengan Human Rights Campaign, kelompok advokasi LGBTQ terkemuka.
Harley-Davidson juga mengatakan bahwa mereka tidak “mengoperasikan fungsi DEI sejak April 2024,” dan tidak memiliki “kuota perekrutan” atau “tujuan pengeluaran keragaman pemasok”. Hal ini menanggapi kritik yang menyebut bahwa inisiatif DEI tidak efektif dan menekan perusahaan untuk mengurangi beberapa program tertentu.
Sebelumnya, merek lain seperti Tractor Supply dan pembuat peralatan pertanian John Deere juga mundur dari kebijakan keragaman korporat setelah mendapat tekanan dari aktivis. Kritik terhadap DEI semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak yang mempertanyakan efektivitas inisiatif tersebut yang bertujuan untuk membuat organisasi lebih beragam dan inklusif.
Harley-Davidson sendiri telah menjadi anggota korporat dari Kamar Dagang LBGT Wisconsin dan telah mendanai acara bertema Kebanggaan. Namun, mereka juga telah mendapat kritik dari banyak pengendara sepeda motor di AS karena terlibat dalam berbagai inisiatif LGBTQ dan dianggap telah kehilangan sebagian dari basis penggemarnya.
Sebelumnya, pada bulan Juli, Starbuck menyebut Harley-Davidson sebagai salah satu merek yang paling dicintai di Amerika. Namun, di bawah kepemimpinan CEO Jochen Zeitz, mereka dianggap telah menjadi terlalu “woke”. Istilah “woke culture” sendiri mengacu pada gerakan yang mempromosikan kesadaran sosial dan politik, terutama seputar ras, gender, dan keadilan sosial.