ciptawarta.com – Presiden Kolombia, Gustavo Petro telah mengambil langkah tegas dengan menandatangani dekrit yang melarang ekspor batu bara ke Israel. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk respons atas krisis kemanusiaan yang berkepanjangan di Gaza.
Negara Amerika Selatan ini merupakan salah satu pemasok bahan bakar fosil terbesar bagi Israel, dengan nilai perdagangan mencapai USD450 juta pada tahun 2023. Asosiasi Penambang Kolombia telah memperingatkan mengenai konsekuensi dari keputusan ini pada bulan Juni lalu.
Namun, Kolombia tetap teguh dalam keputusannya untuk menekan Israel agar menghentikan konflik di Gaza. Hal ini juga didukung oleh data baru-baru ini yang dirilis oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, yang menyebutkan bahwa sebanyak 32.333 warga Palestina telah meninggal dunia akibat konflik tersebut.
Dekrit yang diterbitkan oleh pemerintah Kolombia ini akan berlaku selama lima hari sejak publikasi dan akan terus berlaku hingga perintah sementara dari Mahkamah Internasional dalam proses penerapan Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida di Jalur Gaza sepenuhnya dipatuhi.
Presiden Petro juga menjelaskan bahwa keputusan ini diambil karena batu bara Kolombia digunakan untuk membuat bom yang digunakan untuk membunuh anak-anak Palestina. Hal ini juga menjadi alasan mengapa Kolombia memutuskan untuk menghentikan ekspor batu bara ke Israel.
Sebagai salah satu mitra terdekat Israel di Amerika Latin, hubungan antara Kolombia dan Israel memang telah memburuk sejak awal operasi militer Israel di Gaza. Perpecahan dimulai setelah Presiden Kolombia menggambarkan operasi tersebut sebagai “genosida” dan membandingkan militer Israel dengan Nazi. Israel pun langsung menangguhkan semua ekspor keamanan ke Kolombia, hingga akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan negara tersebut.