Ciptawarta.com-Jakarta, Selama menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng diketahui tidak pernah menggunakan fasilitas dinas seperti mobil dinas dan rumah dinas. Dia lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dan tinggal di rumah pribadi.
Ketika ditanya mengapa dia tidak menggunakan fasilitas dinas, Hoegeng menjawab bahwa dia tidak ingin membebani negara. Dia juga mengungkapkan bahwa dia dapat membeli mobil sendiri dan tidak perlu menggunakan mobil dinas.
Selain itu, Hoegeng juga dikenal sebagai sosok yang tidak suka hidup mewah. Dia lebih memilih hidup sederhana dan mengutamakan kepentingan rakyat.
”Saya adalah polisi yang tugasnya adalah melayani masyarakat. Jangan sampai masyarakat melayani saya,” ujar Hoegeng.
Itulah dua dari sekian banyak nama jenderal TNI-Polri yang dikenal sederhana dan tak hidup bermewah-mewahan. Kisah-kisah mereka menjadi inspirasi bagi para penerusnya untuk tetap menjaga kesederhanaan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan.
ciptawarta.com – Ada sejumlah nama jenderal TNI-Polri yang dikenal sederhana dan tak hidup bermewah-mewahan. Kisah-kisahnya menjadi inspirasi bagi para penerusnya sampai sekarang.
Layaknya sosok penting dalam pemerintahan, penyandang pangkat jenderal di TNI atau Polri umumnya juga mendapat fasilitas dari negara. Tujuannya tak lain adalah untuk membantu pekerjaan atau aktivitas sehari-harinya.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi sejumlah nama pensiunan jenderal TNI/Polri. Meski memiliki hak untuk memiliki atau mendapatkannya, mereka memilih untuk tetap hidup dalam kesederhanaan.
Jenderal TNI-Polri yang Dikenal Sederhana dan Tak Hidup Bermewah-mewahan
1. Jenderal TNI (Purn) M Jusuf
Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir merupakan tokoh militer kenamaan Indonesia. Puncak kariernya didapat ketika menjabat Panglima TNI periode 1978-1983.
Terlepas dari reputasi dan jabatan yang pernah diembannya, M Jusuf dikenal sebagai sosok sederhana. Salah satu kisahnya pernah diungkap dalam buku Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.
Pada buku itu, Prabowo bercerita pernah mengunjungi rumah M Jusuf usai pensiun dari TNI. Rumahnya berada di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.
Prabowo yang waktu itu baru pecah bintang mengunjungi M Jusuf usai menghadiri agenda laporan korps kenaikan pangkat kepada Panglima TNI Jenderal Feisal Tanjung. Ketika sampai di rumahnya, dia kaget karena tidak ada yang berubah dengan perabotan di rumah mentornya itu.
”Saya kaget semua furniture, kursi dan mebel yang ada di rumah tersebut sama persis dengan yang dulu saya lihat pada 1982. Warnanya sudah terlihat sangat belel bahkan kursi-kursinya dan benang-benangnya sudah mulai lepas,” ujar Prabowo.
Dia juga mengungkap M Jusuf tidak mau membeli mobil baru. Dia bahkan tidak memiliki penjagaan ataupun ajudan yang menemaninya.
Melihat kondisi mentornya itu, Prabowo sempat menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Jusuf merespons tawaran Prabowo dengan berjanji akan menghubungi jika membutuhkan pengawalan.
2. Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso
Jenderal Hoegeng adalah Kapolri ke-5 yang menjabat periode 1968 hingga 1971. Dalam riwayatnya, pria kelahiran 14 Oktober 1921 ini dikenal sebagai sosok polisi jujur, sederhana, serta memiliki karakter mulia.
Selama menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng diketahui tidak pernah menggunakan fasilitas dinas seperti mobil dinas dan rumah dinas. Dia lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dan tinggal di rumah pribadi.
Ketika ditanya mengapa dia tidak menggunakan fasilitas dinas, Hoegeng menjawab bahwa dia tidak ingin membebani negara. Dia juga mengungkapkan bahwa dia dapat membeli mobil sendiri dan tidak perlu menggunakan mobil dinas.
Selain itu, Hoegeng juga dikenal sebagai sosok yang tidak suka hidup mewah. Dia lebih memilih hidup sederhana dan mengutamakan kepentingan rakyat.
”Saya adalah polisi yang tugasnya adalah melayani masyarakat. Jangan sampai masyarakat melayani saya,” ujar Hoegeng.
Itulah dua dari sekian banyak nama jenderal TNI-Polri yang dikenal sederhana dan tak hidup bermewah-mewahan. Kisah-kisah mereka menjadi inspirasi bagi para penerusnya untuk tetap menjaga kesederhanaan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan.